Amalan Pelebur Dosa di Bulan Ramadhan
5 Amalan Pelebur Dosa di Bulan Ramadhan
Kebanyakan orang shaum tidak mendapat nilai dan keutamaannya
[عن أبي هريرة:] كم من صائمٍ ليس له من صيامهِ
إلّا الظمأُ وكم من قائمٍ ليس له من قيامهِ إلّا السهرُ.)ابن حجر العسقلاني (ت ٨٥٢)، تخريج مشكاة
المصابيح ٢/٣٣٠ • [حسن كما قال في المقدمة] (
أبو هريرة : ربَّ صائمٍ ليسَ لَه من صيامِه إلّا الجوعُ
وربَّ قائمٍ ليسَ لَه من قيامِه إلّا السَّهرُ (أبو هريرة • الألباني
(ت )، صحيح ابن ماجه ١٣٨٠ • حسن صحيح
• أخرجه النسائي في «السنن الكبرى»
(٣٢٤٩)، وابن ماجه (١٦٩٠) واللفظ لهما، وأحمد (٩٦٨٣) باختلاف يسير)
Dihalangi dari kebaikan Ramadhan
[عن أبي هريرة:] قَد جاءَكُم رمضانُ شَهْرٌ مبارَكٌ
افترَضَ اللهُ عليكُم صيامَهُ تُفتَحُ فيهِ أبوابُ الجنَّةِ ويُغلَقُ فيهِ أبوابُ الجحيمِ
وتُغلُّ فيهِ الشَّياطينُ فيهِ ليلةٌ خيرٌ من ألفِ شَهْرٍ مَن حُرِمَ خيرَها فقَد
حُرِمَ. (أحمد
شاكر (ت ١٣٧٧)، مسند أحمد ١٢/١٣٤ • إسناده صحيح
• أخرجه النسائي (٢١٠٦)، وأحمد
(٧١٤٨) واللفظ له)
«مَنْ حُرِمَ خَيْرَها»، أي: مَنْ مُنِعَ
خَيْرَها بأنْ لم يُوَفَّقْ لإحْيائِها، والعِبادَةِ فيها، «فقدْ حُرِمَ»، أي
مُنِعَ الخيْرَ كلَّه، والمُرادُ حِرمانُ الثوابِ الكامِلِ أو الغُفرانِ الشامِلِ
الذي يَفوزُ به القائِمُ في إحياءِ ليْلِها، وهذا دَلالةٌ على فَخامَةِ الجَزاءِ،
أي: فقدْ حُرِمَ خيرًا لا يُحَدُّ قدْرُهُ().
Rugi / Celaka :Orang yang tidak mendapatkan ampunan ramadhan
-
[عن
أبي هريرة:] أنّ رسولَ اللهِ ﷺ صعِد على
المنبرِ فقال آمينَ آمينَ آمينَ قيل يا رسولَ اللهِ إنّك صعِدتَ المنبرَ فقلتَ
آمينَ آمينَ آمينَ فقال إنّ جبريلَ ﵇
أتاني فقال من أدرك شهرَ رمضانَ فلم يُغفرْ له فدخل النّارَ فأبعدَه اللهُ قلْ
آمينَ فقلتُ آمينَ ومن أدرك أبوَيْه أو أحدَهما فلم يبرَّهما فمات فدخل
النّارَ فأبعده اللهُ قلْ آمينَ فقلتُ آمينَ ومن ذُكِرتَ عندَه فلم يُصلِّ عليك
فأبعدَه اللهُ قلْ آمينَ فقلتُ آمينَ).
المنذري
(ت ٦٥٦)، الترغيب والترهيب ٢/٤٠٧ • [إسناده صحيح أو حسن أو ما قاربهما](
Bulan Ramadhan adalah bulan yang
penuh ampunan. Sampai-sampai dikatakan oleh para ulama, kalau tidak di bulan
Ramadhan mendapatkan ampunan lantas di bulan mana lagi?
Amalan Pelebur Dosa di bulan Ramadhan
Berikut disebutkan beberapa amalan
yang bisa melebur dosa di bulan Ramadhan.
1- Shalat lima waktu, bertemu dengan hari Jumat dan bertemu dengan Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ
مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Antara shalat yang lima waktu,
antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan
Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa
selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 233)
2- Amalan puasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di
bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa
lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِتْنَةُ
الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ
وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ
الْمُنْكَرِ
“Keluarga, harta, dan anak dapat
menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus
dengan shalat, shaum, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi
mungkar (melarang dari kemungkaran).” (HR. Bukhari no. 3586 dan Muslim no.
144)
3- Qiyam Ramadhan (shalat Tarawih)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam
Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)
4- Menghidupkan shalat malam pada Lailatul Qadar
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat
pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah
menerangkan bahwa pengampunan dosa pada lailatul qadar adalah apabila
seseorang mendapatkan malam tersebut, sedangkan pengampunan dosa pada puasa
Ramadhan dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) adalah apabila bulan Ramadhan
telah usai. (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 365-366)
5- Zakat fitrah
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata,
فَرَضَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ
مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ
الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ
صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari
kata-kata yang sia-sia dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan pada
orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya
dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud no. 1609
dan Ibnu Majah no. 1827. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini
hasan)
Zakat fitrah di penghujung Ramadhan,
itu juga adalah sebab mendapatkan ampunan Allah. Karena zakat fitrah akan
menutupi kesalahan berupa kata-kata kotor dan sia-sia. Ulama-ulama terdahulu
mengatakan bahwa zakat fitrah adalah bagaikan sujud sahwi (sujud yang dilakukan
ketika lupa, pen.) dalam shalat, yaitu untuk menutupi kekurangan yang ada. (Lathaif
Al-Ma’arif, hlm. 377)
Kalau banyak ampunan seperti itu di
bulan Ramadhan, seharusnya setiap yang keluar dari bulan Ramadhan keadaannya
sebagaimana disebutkan oleh Muwarriq Al-‘Ijliy,
يَرْجِعُ
هَذَا اليَوْمَ قَوْمٌ كَمَا وَلدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ
“Hari ini kembali suatu kaum
sebagaimana mereka baru dilahirkan oleh ibu-ibu mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif,
hlm. 366). Artinya, mereka kembali bersih dari dosa.
Sungguh sangat disayangkan jika
keluar dari bulan Ramadhan tidak membawa ampunan apa-apa.
Qatadah rahimahullah
mengatakan,
مَنْ
لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فِي رَمَضَانَ فَلَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِيْمَا سِوَاهُ
“Siapa saja yang tidak diampuni di
bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain (di luar Ramadhan), ia pun akan sulit
diampuni.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 371)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah
mengatakan,
فَلَمَّا
كَثُرَتْ أَسْبَابُ المغْفِرَةِ فِي رَمَضَانَ كَانَ الَّذِي تَفُوْتُهُ
المغْفِرَةُ فِيْهِ مَحْرُوْمًا غَايَةَ الحِرْمَانِ
“Tatkala semakin banyak sebab
mendapatkan pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka siapa saja yang tidak
mendapatkan pengampunan tersebut, sungguh dia benar-benar telah bernasib
buruk.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 371)
Komentar
Posting Komentar