Menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Di Surga
Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, beliau berkata,
” كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي : سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ “. رواه مسلم في ” صحيحه“(489).
Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).
Penjelasan dan beberapa faedah yang bisa dipetik :
1. Makna “أَسْأَلُكَ”
Syaikh Bin Baz rahimahullah ketika menjelaskan makna (أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ) berkata,
فالمعنى: أسألك أن ترشدني إلى الأسباب التي تجعلني رفيقاً لك في الجنة
“Maknanya adalah Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga” (http://www.binbaz.org.sa/mat/10229).
Syaikh Muhammad Shaleh Al-Munajjid hafizhahullah mengatakan,
ومعنى ” أسألك مرافقتك في الجنة ” أي : الطلب من النبي صلى الله عليه وسلم أن يدعو له بذلك
“Dan makna ” أسألك مرافقتك في الجنة ” adalah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendo’akannya dengan itu (agar bisa menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga)”.
Karena memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki kemampuan memasukkan orang ke dalam Surga dan hanya Allah lah yang mampu memasukkan seseorang ke dalam Surga. Bahkan Allah Ta’ala telah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengatakan bahwa beliau tidak memiliki manfaat untuk diri beliau sendiri dan tidak bisa menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah, sebagaimana dalam firman Allah berikut,
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ
“Katakanlah Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah” (Al-A’raaf: 188).
2. Makna “بِكَثْرَةِ السُّجُودِ”
An-Nawawi rahimahullah,
” فيه الحث على كثرة السجود والترغيب به ، والمراد به السجود في الصلاة ” . انتهى من ” شرح مسلم ” (4/206) .
“Di dalamnya terdapat motivasi untuk memperbanyak sujud dan mendorongnya. Dan yang dimaksud dengan sujud disini adalah sujud dalam shalat” (Syarah Shahih Muslim: 4/206).
Dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (بِكَثْرَةِ السُّجُودِ) berlaku kaidah tentang pemberian pahala bagi pelaku sebuah amal soleh,
أن من زاد ، زاد الله في حسناته ، ومن نقص نال من الأجر بقدر ما عمل
“Barangsiapa yang menambah amalan, maka Allah akan menambah kebaikan baginya (pahala), dan barang siapa yang kurang dalam beramal, maka akan kurang pula pahalanya sesuai dengan amalannya (yang kurang)”
Maksudnya bahwa amal shalih dan pahala itu berbanding lurus, semakin banyak atau tinggi kualitas amalan itu, maka semakin besar pahalanya, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, semakin Anda menjaga baik shalat-shalat Anda yang wajib dan memperbanyak shalat-shalat sunnah, maka semakin besar kesempatan Anda untuk menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga dan semakin lama dan besar bentuk “menemani beliau” shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.
Jadi pengaruh sujud dalam meraih pahala menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga disini tergantung kuantitas dan kualitasnya.
Yang menunjukkan kuantitas, contohnya :
فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً ) رواه مسلم في صحيح.
“Maka sesungguhnya tidaklah engkau sujud kepada Allah dengan satu sujud saja, melainkan Allah akan mengangkat dengan sebabnya satu derajat dan menggugurkan darimu satu kesalahan, dengan sebabnya (pula)” (HR. Muslim no. 488).
Syaikh Abdul Karim Al-Khudoir hafizhahullah (Anggota Hai`ah Kibarul ‘Ulama KSA) berkata,
هذا يدل على أنه لا حد محدد للركعات التي يتطوع بها الإنسان من النوافل المطلقة في ليل أو نهار ، ما في حد محدد، ( أعني على نفسك بكثرة السجود) ، وكلما كان أكثر كانت الإجابة أقرب
“Ini menunjukkan bahwa shalat sunnah muthlak yang dilakukan oleh seseorang pada saat malam ataupun siang tidaklah ada batasan rakaatnya. (Jadi sekali lagi) , tidaklah ada batasan rakaatnya Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud, maka semakin banyak sujudnya (dan raka’atnya), semakin besar pula peluang dikabulkan (harapan bisa menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga)”.
Adapun yang menunjukkan kualitas adalah seperti yang tercermin dalam perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:
إذا كانت إحدى السجدتين أفضل من الأخرى ، كان ما يرفع به من الدرجة أعظم ، وما يحط به عنه من الخطايا أعظم ، كما أن السجدة التي يكون فيها أعظم خشوعا وحضورا هي أفضل من غيرها ، فكذلك السجدة الطويلة التي قنت فيها لربه هي أفضل من القصيرة
“Jika salah satu sujud lebih utama kualitasnya dari yang lainnya, maka derajat yang terangkat dengan sebabnya lebih tinggi dan dosa yang digugurkan dengan sebabnya lebih besar (pula). Sebagaimana sujud yang lebih besar kekhusyu’annya dan kehadiran hatinya nilainya lebih utama dari selainnya Maka, demikian pula dengan sujud (seseorang) yang panjang, yang nampak keta’atannya kepada Rabb nya lebih utama daripada sujud yang pendek”
Berarti kesimpulannya adalah ditinjau dari sisi kualitas sujud, semakin panjang dan khusyu’ sebuah sujud, menyebabkan semakin tinggi tingkatan menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga.
3. Makna “menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga”
Seseorang menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga, tidak mengharuskan makna bahwa ia mendapatkan kedudukan di Surga yang sama persis dengan kedudukan yang dipersiapkan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau mendapatkan kedudukan di Surga yang khusus, yang kedudukan tersebut tidak untuk yang selainnya.
Yang dimaksud dengan menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga adalah bersama dengan beliau, dekat dengannya, melihatnya atau bertemu dengannya dan tidak berpisah dengannya.
Syaikh Muhammad Shaleh Al-Munajjid hafizhahullah berkata,
إذ المرافقة نفسها درجات ، فمن الناس من يتنعم بصحبته عليه الصلاة والسلام التامة ، وملازمته في الجنة ، ومن الناس من يتنعم بلقاء أو رؤية بحسب أعماله الصالحة .
“Karena menemani (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga) itu sendiri bertingkat-tingkat, maka di antara manusia ada yang mendapatkan kenikmatan berupa menemani beliau ‘alaihish shalatu was salam dengan sempurna, dan dekat dengan beliau di Surga, Ada pula di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan berupa berjumpa atau melihat beliau, (semua itu) sesuai dengan amal-amal salehnya” (Islamqa.info/ar/182700 ).
Ibnu ‘Allan Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
“( فقلت : أسألك مرافقتك في الجنة ) أي : أن أكون معك فيها قريباً منك ، متمتعاً بنظرك وقربك حتى لا أفارقك ، فلا يشكل حينئذٍ بأن منزلة ” الوسيلة ” هي خاصة به عن سائر الأنبياء فلا يساويه في مكانه منها نبيّ مرسل فضلاً عن غيرهم ؛ لأن المراد أن تحصل له مرتبة من مراتب القرب التام إليه ، فكنَّى عن ذلك بالمرافقة” .
انتهى من” دليل الفالحين لطرق رياض الصالحين ” ( 1 / 392 ) .
“(Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga”) maksudnya adalah agar aku bisa bersamamu, dekat denganmu, merasakan kenikmatan memandangmu dan berdekatan denganmu hingga aku tidak berpisah darimu. Dengan demikian, disini tidak ada kesulitan memahami bahwa kedudukan Al-Wasilah itu merupakan kedudukan khusus untuk beliau, para Nabi yang lainnya tidak mendapatkannya, sehingga tidak ada satu pun nabi yang diutus yang bisa menyamai beliau di dalam kedudukannya tersebut, apalagi selain para nabi. Karena yang dimaksud (dengan ‘menemani’ di sini) yaitu meraih satu tingkatan dari tingkatan-tingkatan kesempurnaan kedudukan ‘dekat dengan beliau’, maka diungkapkanlah hal ini dengan istilah ‘menemani’. (Dalilul Falihin: 1/392)
Komentar
Posting Komentar